Pada
dasarnya konsep e-Learning adalah penyediaan kelas-kelas baru setara
dengan kelas konvensional di sekolah-sekolah yang ada selama ini.
Istilah setara ini berarti bahwa e-Learning diharapkan dapat
menggantikan peran sekolah konvnsional bukan hanya sekedar sebagai
pelengkap atau tambahan dari sistem konvensional yang sudah ada.Oleh
karena itu pembangunan sebuah lembaga pendidikan virtual seperti
e-Learning ini haruslah memberikan hasil yang kurang lebih sama dengan
cita-cita untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan konvensional.
Intinya, sistem e-Learning ini diadaptasikan dari sistem yang ada di
sekolah-sekolah konvensional ke dalam sebuah sistem digital melalui
internet. Sebagai sebuah hasil pencangkokan dari benih sistem pendidikan
induk yang ada, e-Learning sendiri dapat dikatakan masih dalam taraf
eksperimen. Artinya adalah disadari bahwa sebagai sebuah cangkokan ,
sistem ini memerlukan adaptasi dan penyempurnaan di lingkungan yang baru
untuk dapat berkembang dan sejajar dengan sekolah konvensional yang
ada.
Sebagai hasil cangkokan, e-learning juga mewarisi sifat-sifat dan sistem yang dilakukan oleh induknya. Salah satu contoh yang paling nyata adalah proses belajar mengajar, seorang pengajar akan memberikan materi kepada para siswa yang ada di berbagai belahan dunia dengan dihubungkan oleh internet. Metode ini kurang lebih sama dengan proses belajar mengajar yang ada di sekolah konvensional, tempat pengajar akan mengajar di depan kelas dan menuliskan materinya di atas papan tulis. Adaptasi yang dilakukan adalah pengajar tetap berhubungan dengan siswa, namun tidak lagi secara langsung melainkan menggunakan komputer yang saling terhubung dengan internet. Sedangkan papan tulis dan perlengkapan belajar lainnya digantikan dengan perlengkapan sejenis secara digital di layar komputer.
Sebagai hasil cangkokan, e-learning juga mewarisi sifat-sifat dan sistem yang dilakukan oleh induknya. Salah satu contoh yang paling nyata adalah proses belajar mengajar, seorang pengajar akan memberikan materi kepada para siswa yang ada di berbagai belahan dunia dengan dihubungkan oleh internet. Metode ini kurang lebih sama dengan proses belajar mengajar yang ada di sekolah konvensional, tempat pengajar akan mengajar di depan kelas dan menuliskan materinya di atas papan tulis. Adaptasi yang dilakukan adalah pengajar tetap berhubungan dengan siswa, namun tidak lagi secara langsung melainkan menggunakan komputer yang saling terhubung dengan internet. Sedangkan papan tulis dan perlengkapan belajar lainnya digantikan dengan perlengkapan sejenis secara digital di layar komputer.
Dari
sifat tersebut, jelaslah bahwa pengembangan teknologi e-Learning
haruslah didasarkan pada sifat dan karakter asli dari sistem pendidikan
yang sudah ada. Hal ini berarti bahwa fasilitas-fasilitas yang telah
familier digunakan dalam sistem konvensional dapat diadaptasi untuk
digunakan sebagai Learning Tool dalam sistem e-Learning.
Dari
sisi teknologi, sistem yang paling disukai adalah sistem yang
sederhana, mudah dan menarik digunakan . Dalam hal ini perencanaan
sistem e-Learning yang baik haruslah memasukkan unsur permainan dalam
desain antarmuka maupun alur penggunaannya. Tampilan yang interaktif
membantu siswa untuk betah berada di dalam kelas virtual tersebut.
Perlu
ditekankan sekali lagi bahwa konsep ini sebetulnya masih konservatif
dan memposisikan siswa pada konsumen informasi /pengetahuan, pada konsep
yang lebih maju seperti knowledge management – siswa akan menjadi
bagian integral dalam siklus pemurnian dan penyebaran ilmu pengetahuan
itu sendiri. Sialnya konsep maju tersebut akan banyak bertabrakan dengan
pola kurikulum nasional yang dianut DIKNAS di Indonesia saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar