Menyadari
bahwa di internet dapat ditemukan berbagai informasi dan informasi itu
dapat diakses secara lebih mudah, kapan saja dan di mana saja, maka
pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna
internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat
mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia di internet.
Dengan
mengambil contoh SMART School di Malaysia, setiap introduksi suatu
teknologi pendidikan tertentu yang baru seperti pemanfaatan internet,
maka ada empat hal yang perlu disiapkan, yaitu:
a. Melakukan
penyesuaian kurikulum. Kurikulum sifatnya holistik di mana pengetahuan,
ketrampilan dan nilai (values) diintegrasikan dengan kebutuhan di era
informasi ini. Kurikulumnya bersifat competency based curriculum.
b. b. Melakukan variasi cara mengajar untuk mencapai dasar kompetensi yang ingin dicapai dengan bantuan komputer;
c. c. Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada (menggunakan komputer, online assessment system); dan
d. d.
Menyediakan material pembelajaran seperti buku, komputer, multimedia,
studio, dll yang memadai. Materi pembelajaran yang disimpan di komputer
dapat diakses dengan mudah baik oleh guru maupun siswa.
e. Pihak pengelola SMART School
beranggapan bahwa penggunaan ICT khususnya Internet bisa mendorong
murid menjadi lebih aktif belajar (active learners), dimungkinkan adanya
berbagai variasi yang dapat dilakukan dalam proses belajar dan
mengajar, diperolehnya ketrampilan yang berganda dan dicapainya
efisiensi. Harian Sunday Star (30 Juni 2002) menyebut SMART School
adalah contoh sekolah masa depan. Sekolah-sekolah percontohan dengan
menggunakan perangkat teknologi informasi ini menjadi model yang
dilaksanakan oleh berbagai negara. Di Singapore ada ‘Excellent School’,
di Thailand ada ‘Progressive School’, di Filipina disebut ‘Pilot
School’, dsb-nya. Di Indonesia, sekolah yang menggunakan teknologi
informasi dalam proses belajar ini ternyata bisa menarik banyak siswa. Para
orang tua pun juga cenderung mengirim anaknya ke sekolah yang demikian
walaupun biayanya relatif lebih mahal dibandingkan sekolah lainnya yang
tidak menggunakan teknologi informasi tersebut.
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang
tersedia di literatur, memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan
internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Elangoan,
1999, Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997), antara lain
dapat disebutkan sbb:
•
Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular
atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa
dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
• Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari;
• Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari;
•
Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana
saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
•
Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan
yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih
mudah.
•
Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang
dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
• Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif;
•
Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari
perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk
bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dsb-nya.
Walaupun
demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga
tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001,
Beam, 1997), antara lain dapat disebutkan sbb:
• Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar;
• Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial;
• Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar;
• Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial;
• Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;
• Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT;
• Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT;
• Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal;
•
Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini
berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer);
• Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal internet; dan
• Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
• Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal internet; dan
• Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
0 komentar:
Posting Komentar